benci hidup di jalan rusak
Benci hidup di jalan rusak,yang putus dan sambungnya tiba-tiba juga di-begitu-kan saja adanya.tak ada yang bisa berbuat, ganti cara, atau setidaknya cari jalan lain yang lebih mulus,tanpa hambatan dan tentunya punya umum. Tapi bicara soal umum,disitulah sebabnya. Semua pelaku jalan – yang melintas dan juga terbang – semuanya mau berlalu saja – hanya lewat,tinggal, dan lupakan soal dia/mereka yang kebelakang, yaa urusan pelaju lain. Lebih lagi ke-umum-an yang di indamkan itu timbul untuk meciptakan sebuah pilihan jalur minim pengorbanan, tanpa tukar jasa guna pakai, atau via TOL nya bisa disebut ingin gratis. Kosongnya, sampai saat ini tak ada loket karcis yang berikan karcis gratis, tak ada penjaga pintu yang membiarkan semua dapat orang masuk. Karena memang sudah tugasnya untuk menahan,menghentikan, dan juga menjual hak untuk masuk dan jalan ke arah dalam.
Kosong kedua muncul dalam ke-parah-an suasana bergelombang – tentunya tak diam – karena para pelaju yang punya mau itu, ditahan di pos pemeriksaan,di pos penahanan, atau di pos penjualan. Sedangkan bila biasanya mereka melaju tanpa bekal yang dapat ditukar dengan tiket masuk, lalu dengan apalagi mereka akan dapat lewat, yang paling mudah untuk mereka buat adalah gelombang, gelombang yang tinggi rendahnya diatur sedasyat apa emosi bisa menaik-turun kan suasana, sekencang apa maunya mereka dapat merdorong kedepan menhancurkan karang dimuka, dan seberapa lama arus itu dapat bergelombang hingga membuka jalur untuk anak-anak ombak yang ada di barisan paling belakang.
Entah benci atau tidak, tapi naïf rasanya untuk menolak jalur yang gratis, jadi bila suatu saat di-Mau-kan pendidikan gratis ,kesehatan cuma-cuma, kesejahtraan pangan terjaga, dan dapat hidupnya tanpa meminta, saya rasa entah terjadinya bagaimana. Mungkin saya juga ada dalam gelombang itu. entah didepan, ditengah, atau hanya menemani anak-anak ombak dibelakang dan melindunginya dari peluru nyasar perjuangan bapak-ibunya. Toh setidaknya sekelak muda, ada yang melanjutkan estafet kebencian ini, kebencian untuk hidup dijalan rusak.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home