mabuk tanya?
Mereka mabuk disembarang tempat. Di halte, diterminal ,stasiun, dan setiap ruang ganti “ruang”. Adanya mereka, tentu buat para penganti terganggu – mungkin juga iri – karena nikmat mabuknya mereka tak bisa dinikmati oleh para calon penganti itu. Selain itu mabuk “yang biasanya dengan murah” menunjukan sisi tajam amarah dari para pemabuk. Dan dengan pisau itu akhirnya bisa memutus rajutan “nyaman”nya para penganti ruang. Apa lagi bila pisau itu makin diasah dengan sadar yang kian entah dimana pindahnya. Niscaya yang mungkin hadir adalah tusukan berdarah ke perut-perut para calon penganti yang gagal berganti ruang.
Lalu dimana akan kita dapat terminal pindah yang dari bebas amarah tanpa sadar? Apakah tempat itu hanya milik pemerintah, Milik para pemakai yang sama-sama – seimbang - kelebihan emosi untuk menghakimi, Atau Cuma ada di alam rekayasanya para para pemimpi yang tak pernah bisa di beli, Atau mungkin juga tempat itu sudah ada di depan mulut kita masing-masing? Hanya saja kita belum sadar presensi dari ruang penganti “ ruang” itu karena dalam mulut kita belum dikunyahnya emosi yang seharusnya membara dan belum dikumurinya tiap-tiap mulut anda dengan alcohol yang dapat memdekatkan kita dengan sang TER-cipta. Atau memang semua adalah salah anda-anda yang masih saja berusaha tampil bodoh dengan berdiri diatas kesadaran penuh tetapi dengan memakai kaos bertuliskan sex, drugs, and rock n’ roll.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home